Home » » Kali Mberok Kala Cinta Berlabuh di Dermaga

Kali Mberok Kala Cinta Berlabuh di Dermaga

Written By Warga DEMAK on Selasa, 08 April 2014 | 00.50

Kali (Sungai) Mberok, begitu masyarakat Kota Semarang menyebutnya. Mengapa kali ini begitu fasih mengapungkan seribu kenangan di Kota Semarang?

Kali Mberok (Berok) terletak persis di jantung ekonomi tradisional Semarang Pasar Johar yang menghubungkan antara Kota Lama Semarang dan Kota modern Semarang sekarang. Berkerumun pula sejarah masjid-masjid kuno Semarang yang ada disekitar Kali Mberok.

Kata Mberok sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Belanda, dalam pelafalan lidah Belanda sebenarnya adalah Burg (jembatan), karena kebanyakan orang Jawa sulit untuk melafalkan dalam bahasa Belanda maka kemudian lama-kelamaan kata Burg berubah menjadi Berok atau Mberok.

Jembatan yang dimaksud berjajar mengubungkan aktivitas masyarakat Semarang yang terdapat di Jalan Pemuda-Kota Lama, area pasar Johar, dan Jalan Layur berdekatan dengan Masjid Menara Kampung Melayu.

Meski bukan merupakan tempat melancong bagi para wisatawan, namun kebaradaan kali Mberok tidak bisa dipisahkan begitu saja dari tempat yang menarik seperti Kawasan Kota Lama, Masjid Besar Kauman, Masjid Menara Jalan Layur, Pasar Johar, Pecinan, dan Stasiun Tawang.

Cikal Bakal Transportasi Pesisir
Kawasan yang dilewati Kali Mberok merupakan kawasan terpenting dari cikal bakal Semarang tempo dulu. Keberadaannya sangat dibutuhkan dan merupakan sarana transportasi penting dari pesisir pantai utara menuju darat. Mulai dari ekspedisi Belanda hingga Cheng Ho (Sam Po Kong) pernah melewati kali Mberok. Tak ayal,  jembatan Mberok dulu tak ubahnya dermaga kapal.

Kali mberok di era kejayaannya menjadi saksi bisu kemeriahan ekonomi. Kali ini juga menghubungkan strata sosial budaya berbeda menjadi satu kawasan yang sangat menarik. Dimulai dari kawasan kampung melayu disebelah utara dan barat Kali Mberok, dimana sekarang masih ada sisa peninggalan berupa masjid Menara yang terletak di jalan Layur. 

Dari kawasan utara kali Mberok hingga Pasar Johar merupakan perkampungan warga muslim, terutama orang-orang Melayu yang singgah dan bertempat tinggal di Jawa. Selain masjid Menara, warga muslim pribumi jawa juga membangun Masjid Kauman yang letaknya disebelah barat kali Mberok berdekatan dengan Johar.

Warga Melayu dan pribumi lah yang berada paling awal menempati area sekitar Kali mBerok, disusul Tionghoa. Warga Tionghoa membentuk kawasan yang padat ekonomi di selatan Pasar Johar hingga menerobos Kali mBerok yang dikenal dengan kawasan Pecinan.

Kawasan Pecinan terbilang panjang dan luas, dimulai dari jalan Kranggan lalu Gang Beteng, Wot Gandul hingga kembali ke Kranggan melewati Gang Warung merupakan jalanan Pecinan yang paling populer dilewati masyarakat Semarang. Diera modern saat ini, kawasan Pecinan Semarang tidak hanya berada di kawasan sekitar aliran kali Mberok saja, namun sudah mulai merangsek keluar area seperti sepanjang Jalan MT Haryono dan bundaran Bubaan.

Komunitas yang lain di era Semarang tempo dulu adalah warga Eropa ketika zaman penjajahan terutama warga Belanda. Kawasan kota lama Semarang dimulai dari ujung jembatan kali mberok depan Kantor Pos Pusat Semarang melewati jalan Merak dan Poldel Tawang lalu Bundaran Bubukan hingga kembali kali mberok. Kawasan Kota lama ini berada di sebelah timur kali mberok Semarang.

Kali Mberok dalam sejarahnya telah menghubungkan etnis yang berbeda sepanjang zaman, dari Melayu, Jawa, Tionghoa dan Eropa. Menyatukan sisi ekonomi yang terdapat di Pasar Johar dan Kawasan Pecinan, sisi religi dengan beragamnya bangunan ibadah seperti Masjid Besar Kauman, Masjid Menara Jalan Layur,  Gereja Blenduk Kota Lama dan Klenteng di Pecinan. Memadukan sistem Pemerintaahan yang keberadaannya dari Tugu Muda hingga menembus Kota Lama melewati kali Mberok yang gagah.

Namun saat ini disayangkan, sampah kini menggenang di sepanjang kali Mberok, dan tingginya debit air sekitar pasar Johar hingga rob air laut, sehingga sering membanjiri kawasan ekonomi Pasar Johar dan sekitarnya. Belum bau tidak sedap di sepanjang kali Mberok. Selain diakibatkan oleh penurunan tinggi daratan daerah sekitar Semarang, juga di akbatkan sistem selokan yang tidak begitu lancar di seluruh kawasan yang dilewati Kali Mberok.

Selain itu, Mberok juga pernah dikenal sebagai kawasan ‘hitam’. Banyak PSK jalanan berdiri di ujung jembatan untuk menggelar ‘dagangan’.

Tapi, bagaimanapun, Mberok merupakan saksi bisu Semarang tempo dulu, jangan sampai keberadaan justru menimbulkan ketidaknyamanan masyarakat sekarang. Mesker Md
Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. SWARA Semarang - All Rights Reserved
Template Created by Mas Fatoni Published by Tonitok
Proudly powered by Blogger